Lo sering gak merasa perjalanan pulang dari suatu tempat lebih cepat daripada waktu lo menuju kesana?
Misalnya, lo dari Jakarta mau liburan ke puncak. Pas OTW ke puncak kok rasanya lama banget, sementara pas mau balik ke Jakarta, rasanya cepet banget.
Sebenarnya, ada teori sains tentang itu. Penelitian yang diterbitkan PLOS ONE tentang “return trip effect”
Untuk melakukan penelitian mereka, peneliti dari Jepang meminta orang-orang duduk di sebuah ruangan dan menonton video berdurasi 20 menit.
Video tersebut berisi seorang juru kamera yang berjalan di sekitar kota. Peneliti meminta orang-orang itu untuk mencatat setiap menurut mereka 3 menit udah lewat.
Mereka menonton dua video, dan diminta menilai mana yang menurut mereka lebih lama.
Ada dua skenario. Grup pertama yang menonton perjalanan juru kamera pergi-pulang, dan grup kedua menonton perjalanan juru kamera berangkat ke satu titik, kemudian berangkat lagi ke titik lain.
Hasilnya, grup yang menonton perjalanan pergi-pulang merasa kalau perjalanan kedua lebih cepat daripada pertama.
Sementara grup lain yang menonton juru kamera melakukan dua perjalanan sekali jalan gak mengalami fenomena tersebut.
Psikolog juga memiliki beberapa teori. Salah satu penjelasannya adalah “return trip effect” berkaitan dengan perhatian kita ke waktu itu sendiri.
Misalnya, kalau lo telat ngantor, di jalan lo pasti liatin jam terus. Makanya, waktu bisa terasa sangat lama.
Sebaliknya, kalau lo lagi melakukan hobi, atau hal yang menyenangkan, waktu gak bakal terasa. Tau-tau udah jam berapa. Itu karena kegiatan yang lagi lo lakukan nge-distract lo buat liatin jam mulu.
Penjelasan lain yang masuk akal juga adalah karena pas perjalanan balik, lo udah familiar dengan jalannya.
Contohnya waktu lo mau ke puncak. Pas pergi lo harus hati-hati dan memperhatikan maps banget biar gak nyasar, tapi pas lo mau balik, lo udah lumayan hafal patokan-patokan yang lo lewatin pas pergi ke puncak, yang membuat perjalanan lo terasa lebih cepat.
Biasanya orang gak akan merasakan “return trip effect” di perjalanan sehari-hari mereka, seperti berangkat dari rumah ke kantor.
Meskipun begitu, penelitian tahun 2011 menemukan sesuatu yang menarik.
Beberapa pesepeda diminta bersepeda ke suatu pameran. Mereka kemudian dibagi menjadi dua grup.
Grup pertama akan pulang melalui jalur yang sama ketika mereka pergi. Grup kedua akan pulang dengan rute yang berbeda ketika mereka pergi. Kedua grup tersebut merasakan “return trip effect”.
Jadi intinya, kadang kita merasa pas mau berangkat itu bakal memakan waktu yang cepat, eh ternyata malah lebih lama dari ekspektasi kita.
Saat perjalanan pulang, malah kebalikan. Kita kita bakal lama, eh malah sampenya lebih cepat.
Makanya, kita gak merasakan “return trip effect” dalam perjalanan sehari-hari kita, karena kita udah punya ekspektasi akurat berapa lama perjalanan itu akan berlangsung.
At the end, “return trip effect” adalah kombinasi dari banyak hal. Para peneliti memperjelas kalau waktu adalah pengalaman subyektif, yang gak terikat dengan jam.