Food For Thoughts

3 Langkah Buat Lo Kelarin Trauma Masa Kecil

Adulting, kayak yang pernah gue bahas di artikel ini, bukan hal yang mudah. Banyak hal yang lo lewatin untuk menuju “dewasa”. Sampe lo lupa lo punya trauma masa kecil yang belum kelar.

Nyatanya, dalam diri kita ada berbagai versi. Ada bocah sedih yang gak ngerti tentang dunia, ada remaja yang labil, dan masih banyak lagi.

Kadang fase-fase itu menyimpan emosi-emosi yang belum kelar, dan kita timbun itu dengan kesibukan-kesibukan sekarang. Akhirnya mereka terabaikan.

Padahal, inner child lo adalah kunci dari kebahagiaan, kebebasan, dan kreatifitas. Makanya, “reperenting” inner child lo sangat penting.

Tingkat trauma masing-masing orang berbeda-beda. Ada yang mungkin parah, sedang, atau ringan. Inner child yang ada dalam diri lo menunggu untuk diberikan closure. 

Saat kecil, kita sering “disuruh” untuk gak boleh sedih, harus tersenyum dan ketawa seakan kita baik-baik aja . Inilah yang membuat childhood trauma lo berada di alam bawah sadar. Awal-awal lo sembunyikan itu dari orang lain, lama kelamaan lo menyembunyikan itu dari diri lo sendiri.

Mungkin ketika lo menemukan orang yang membuat lo nyaman, pasangan yang sempurna, komunitas yang baik, lo mengira semuanya baik-baik aja.

Ya bener, tapi itu hanya selama mereka melakukan apa yang sesuai sama ekspektasi lo. Ketika mereka melakukan sesuatu yang gak sesuai ekspektasi lo, semua luka masa kecil itu langsung timbul ke permukaan, dan bakal terasa menyakitkan.

Ada 3 steps umum untuk menyembuhkan luka masa kecil, yaitu connect, communicate, dan nurture.

Connect

Ketika lo memutuskan untuk menjadi “orang tua” untuk diri sendiri, mungkin lo gak tahu harus mulai dari mana. 

Titik awalnya bisa dimulai dari meningkatkan kesadaran lo tentang identitas lo waktu kecil dulu. Coba cari sebanyak-banyaknya detail tentang apa yang lo lakukan dulu, dimana, apa yang lo sukai, orang seperti apa lo dulu, dan lainnya. 

Untuk mendapatkan jawaban, lo bisa nanya sama orang tua lo, atau kakek nenek yang megenal lo dari lo kecil. Coba lihat-lihat kembali foto zaman kecil lo. Perhatikan apa yang lo pakai, dengan siapa lo sering berinteraksi, dan lainnya.

Semakin lo tenggelam dalam masa kecil, semakin lo bisa merasakan kembali apa yang lo rasakan waktu kecil dulu.

Communication

Membahas luka masa kecil dengan diri sendiri bukan perkara gampang. Makanya, siapkan waktu tertentu untuk itu, misalnya menulis jurnal, atau mediasi.

Biasanya lo butuh terapis untuk memandu lo. Tapi kalau enggak pun bisa lo lakukan sendiri. Duduk di ruangan yang tenang dan nyaman, lalu pejamkan mata. Bayangkan lo adalah anak berusia 5-6 tahun, atau berapa pun usia yang lo curigai menjadi sumber trauma. 

Biarkan dia menangis, teriak, atau apapun itu. Mungkin lo bakal kebayang juga dengan orang tua, atau siapa pun yang menyebabkan trauma. Makin detail ingatan, makin kuat juga perasaan lo. Itu bisa membuat lo lebih berempati dengan inner child lo dan akhirnya bisa berangsur-angsur berdamai dengan trauma masa kecil lo. 

Setelah lo bisa membayangkan lo versi kecil dengan jelas, coba tanyakan beberapa pertanyaan:

  • Apa yang dirasakan dia?
  • Apa yang dibutuhkannya?
  • Apa yang bisa lo lakukan untuk mendukungnya?

Semua pertanyaan itu gak harus langsung dijawab sekaligus. Bahkan saat lo nanya sekali aja bisa membuat perubahan, karena inner child lo merasa ada seseorang yang peduli.

Nurture

Langkah terakhir yang bisa lo lakukan adalah memberikan apa yang paling seorang anak butuhkan, rasa aman dan kasih sayang.

Lo bisa melanjutkan visualisasi diri lo versi waktu kecil dengan memeluk dan mengelus rambutnya dengan kasih sayang. Dengan begitu, lo menjadikan diri lo sendiri sebagai “orang tua” inner child yang dia butuhkan.

Cara lain yang bisa lo lakukan adalah dengan memperkuat komunikasi dan keyakinan positif tentang diri lo sendiri. 

Ini bisa lo lakukan di depan cermin, tatap mata lo sendiri, yakinkan kalau lo bisa, lo berharga, dan berbagai afirmasi lain yang lo butuhkan.

Jadi, kalau dirangkum, pertama, lo harus berhubungan dengan inner child lo; kedua, dengarkan apa yang mau dikatakannya; lalu ketiga, jaga inner child lo dan penuhi kebutuhan emosional yang dibutuhkannya.

Related posts
Food For Thoughts

Kenapa sih Orang Suka Gossip?

Food For Thoughts

Negativity Bias, Ketika Lo Cuma Fokus Sama Hal Negatif

Food For Thoughts

Anak Kedua Lebih Sering Jadi Pembuat Masalah

Food For Thoughts

Orang yang Terobsesi Sama Seleb Kurang Cerdas ?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *