Food For Thoughts

Filosofi Taoism, Gak Semua Bisa Lo Kontrol

Lao Tzu, yang memopulerkan filosofi Taoism pernah bilang, untuk menguasai dunia adalah tentang membiarkan things take their natural course. Atau membiarkan sesuatu bekerja semestinya.

Di jaman sekarang, kita dihadapkan dengan pemahaman kalau “kontrol” adalah hal paling penting.

Gak usah jauh-jauh. Contohnya ditempat kerja. Karyawan sangat dikontrol sama perusahannya. Terlebih lagi udah ada teknologi untuk memfasilitasi hal tersebut, misalnya CCTV.

Kebalikan dari control-obsessed society ini, Taoism mengajarkan tentang letting go atau melepaskan dan go with the flow.

Mungkin, pas awal-awal, melepaskan sering dianggap sebagai bentuk kelemahan. Tapi, menurut kaum Taoist, dengan pengertian yang benar tentang bagaimana lama bekerja bisa membuat kita lebih dekat dengan kehidupan yang lebih efisien dan cerdas.

Makanya, the power of letting go adalah bentuk kekuatan, bukan kelemahan seseorang.

“Tao Te Ching” adalah naskah utama dari Tao yang ditulis oleh satu orang bijak, Lao Tzu. ada banyak cara  untuk menerapkan Taoisme ini.

1. Non-doing

Maksudnya adalah kita tau kapan harus melakukan sesuatu, dan kapan tidak.

Saat kita lihat lebih kritis tentang kehidupan kita, kita sadar kalau kita butuh “kontrol” atas banyak hal. Atas hewan peliharaan, anak, teman, dan yang paling penting adalah masa depan.

Meskipun begitu, kontrol gak selamanya sesuatu yang buruk. Untuk hidup, kita perlu mengontrol lingkungan sampai pada batas tertentu.

Selain kontrol masa depan, yang gak kalah penting adalah kontrol diri sendiri ke arah yang positif. Tanpa kontrol diri, peradaban manusia mungkin gak akan pernah terjadi. Tapi, dengan kontrol yang berlebih, itu juga gak akan membawa kita kemana-mana.

Contohnya, Lo mau buat seseorang tertarik sama Lo. Lo mulai cari muka sama dia, biar dia tau keberadaan Lo. Tapi ya Lo hanya bisa sampai di situ. Tertarik atau enggaknya orang itu sama Lo gak bisa Lo kontrol, kan?

Contoh lainnya, dalam hubungan. Sangat penting untuk melepaskan karena waktu melepaskan, kita memberi ruang semesta to unfold.

Ketika Lo mengingkari janji sama seseorang, Lo gak bisa memaksakan orang itu percaya lagi sama Lo. kepercayaan itu harus tumbuh dengan sendirinya.

Letting go makes the difference between controlling and allowing.

2. Embrace change

Kita dihadapkan dengan banyak hal yang bertentangan dalam hidup. Panas, dingin; kaya, miskin; tinggi, rendah; yin, yang; dan masih banyak lagi.

Cara paling mudah untuk bertahan hidup adalah dengan mengikuti gelombang keberadaan.

Derasnya aliran kehidupan dan transformasi gak akan ada akhirnya.

Tapi, banyak kita temukan orang-orang yang berpegang teguh sama keberadaan mereka.

Bayangkan aliran sungai yang derasm mereka berpegang erat sama pohon dan bebatuan, takut untuk melepaskannya, karena mereka mau kontrol penuh atas posisi mereka.

Biasanya, orang yang kayak gitu memiliki gaya hidup yang kaku. Mereka akan melihat banyak peluang dan kesenangan lewat begitu aja.

The living are soft and yielding; the dead are brittle and dry.” – Lao Tzu

Ada juga tipe yang melawan arus. Mereka adalah yang paling buang-buang energi. Cara hidup seperti ini kemungkinan besar membuat orang lelah dan sengsara.

Embracing change juga berlaku dalam hal kegunaan.

Misalnya, Lo punya mobil, tapi jarak rumah Lo ke kantor itu dekat banget, bisa jalan kaki. Mungkin mobil itu gak terlalu penting buat Lo.

Tapi ketika Lo harus pindah rumah kek luar kota, yang jaraknya jauh banget dari kantor, maka mobil merupakan hal yang sangat penting.

Maka dari itu, kegunaan adalah sesuatu yang relatif dan gak harus kaku. 

Kita harus bijak melepaskan hal yang tidak berguna untuk sesuatu yang lebih berguna.

3. Tidak Fokus Pada Hasil

Sama seperti kaum Stoa, Taoist juga mengamati fokus sama hasil memiliki dampak negatif buat kita.

Terlalu fokus sama masa depan akan membuat kita lebih cemas.

Usaha keras yang kita lakukan sekarang didorong oleh hasil yang gak bisa kita kontrol di masa depan. Semakin kita mau kontrol, semakin kita gak menghargai masa sekarang, atau semakin kita gak live in present.

Zhuang Zi bilang kalau semakin kita fokus pada hal eksternal, maka semakin buruk pula performa kita saat ini.

4. Letting Go Excess

Kita hidup di masyarakat yang memandang kalau status adalah permasalahan utama. Semua orang jadi mau berada di posisi paling atas.

Bukan karena itu tempat terbaik untuk dituju, tetapi banyak yang beranggapan semakin tinggi status, semakin disukai, dan status rendah itu sesuatu yang buruk.

Tapi, semakin tinggi bagian pohon, semakin banyak terkan angin. 

Saat ada di atas, susah untuk mempertahankan posisi karena banyak orang yang memperebutkan posisi itu.

Bukan berarti Lo bisa merasa di tempat rendah adalah solusi paling baik.

Coba tanya ke diri sendiri, apa yang Lo butuhkan?

Kalau Lo mengincar tepat apa yang Lo butuhkan dan melepaskan segala kelebihan lain, Lo bisa hidup lebih ringan. 

Kayak kalau Lo merasa cukup jadi karyawan, yaudah, jangan dipaksaiin untuk lebih hanya karena pendapat orang-orang disekitiar Lo.

Epicurus juga mengamati kalau kebutuhan dasar untuk hidup itu mudah didapatkan dan hidup secukupnya adalah kunci kebahagiaan.

Jadilah fleksibel, jangan kaku-kaku, biarkan semesta juga bekerja semestinya karena gak semua hal bisa Lo kontrol.

Related posts
Food For Thoughts

Kenapa sih Orang Suka Gossip?

Food For Thoughts

Negativity Bias, Ketika Lo Cuma Fokus Sama Hal Negatif

Food For Thoughts

Anak Kedua Lebih Sering Jadi Pembuat Masalah

Food For Thoughts

Orang yang Terobsesi Sama Seleb Kurang Cerdas ?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *