Food For ThoughtsLifestyle

Beauty Privilege dan Dampak Negatifnya

Pernah gak sih, Lo merasa temen Lo hidupnya kayak dipermudah banget gitu karena dia cantik atau ganteng? Atau mungkin Lo sendiri merasakannya. Ternyata, ada istilah untuk itu, lho. Namanya beauty privilege.

Tanpa Lo sadari, mungkin Lo juga pernah memberikan perlakuan istimewa kepada orang yang Lo anggap berpenampilan menarik. Sudah banyak penelitian juga yang menunjukkan bahwa orang berparas menarik, cantik, atau tampan lebih mungkin mendatkan nilai tinggi disekolah, dan berpeluang lebih besar di dunia kerja.

Hal ini gak dipungkiri karena manusia cenderung lebih menyukai sesuatu yang “indah”. 

Beauty privilege adalah hak istimewa yang sering diterima oleh orang dengan paras menarik. Meski cantik atau ganteng itu subjektif, tapi ada berbagai standard kecantikan di Indonesia yang menggelompokan orang cantik atau ganteng.

Perempuan yang berkulit cerah, rambut panjang, tubuh langsing biasanya dianggap cantik. Sementara itu, laki-laki yang tinggi, bertubuh ideal, dan putih dianggap ganteng.

Apalagi dengan berkembangnya sosial media Tiktok dan Instagram yang sedikit banyak ikut menyuburkan fenomena beauty standard yang tidak sehat. Banyak orang jadi overthinking, insecure, dan akhirnya sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain.

Padahal, apa yang ditunjukkan di sosial media belum tentu sama dengan aslinya, kan?

Tidak dipungkiri juga kalau punya paras yang elok lebih mungkin mendapatkan perlakuan baik di dunia professional. 

Buktinya pasti Lo pernah melihat lowongan kerja dengan kriteria: penampilan menarik.

Meskipun beauty privilege tidak mengarah pada suku, ras, atau golongan masyarakat tertentu,tapi nyatanya beuty privilledge menyebabkan timbulnya steriotip dan bias. Dampaknya pun nyata.

Contoh dampak negatif dari beauty privilege adalah timbulnya diskriminasi terhadap mereka yang tidak masuk beauty standard Indonesia. 

Orang yang tidak kurus dianggap pemalas, orang yang berkulit gelap dianggap tidak bisa merawat diri, atau perempuan yang berambut pendek dianggap tidak feminim.

Dilansir dari womanlead.magdaene.co, adanya beauty privilege melanggengkan rasisme di Indonesia. 

Dengan adanya standar kecantikan, ada golongan tertentu yang menedapatkan perlakuan berbeda dan tidak menyenangkan.

Bayangkan kalau Lo seorang perempuan berkulit coklat, badan yang gak kurus, dan rambut yang gak lurus.

Pasti Lo akan merasa gak adil, dong, kalau gak diterima di suatu perusahaan hanya karena tidak mendapatkan beauty privilege. Semua prestasi Lo seakan gak lebih dihargai daripada penampilan Lo.

Beauty privilege bisa membuka kesempatan bagi beberapa orang, dan juga menutup kesempatan bagi orang lain.

Penampilan memang penting, karena pertama kali liat buku, pasti yang Lo lihat adalah covernya dulu, kan?

Meskipun begitu, penampilan bukan segalanya. Tingkatkan kualitas diri Lo, lengkapi diri Lo dengan hard skill dan soft skill sebanyak-banyaknya, selalu belajar hal baru, dan pastinya jangan melakukan tindakan diskriminasi atau rasisme terhadap kaum tertentu, ya.

Related posts
Food For Thoughts

Kenapa sih Orang Suka Gossip?

Food For Thoughts

Negativity Bias, Ketika Lo Cuma Fokus Sama Hal Negatif

Food For Thoughts

Anak Kedua Lebih Sering Jadi Pembuat Masalah

Food For Thoughts

Orang yang Terobsesi Sama Seleb Kurang Cerdas ?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *