Setelah istilah hustle culture, sekarang muncul lagi yang namanya quiet quitting. Quiet quitting bisa dibilang adalah kebalikan dari hustle culture. Apa, sih, sebenarnya quiet quitting itu? Mungkin lo sendiri sedang dalam fase tersebut.
Pernah gak Lo merasa udah lelah banget kerja keras, menjadi hustler, usaha yang lo berikan gak sebanding dengan apa yang Lo terima? Alhasil Lo berada di satu titik dimana Lo hanya memberikan minimum effort untuk kerjaan.
Misalnya, dulu Lo yang dulunya bisa kerja sampai pukul 10 malam, sekarang cuma kerja 9 to 5, sesuai dengan jam kerja. Lo yang dulunya mau bantu kerjaan divisi lain, sampai kerjaan Lo sendiri keteter, sekarang lo mulai nolak untuk bantuin tugas diluar tanggung jawab Lo.
Kalau Lo udah mulai melakukan hal-hal yang Gue sebut tadi, dan rasanya Lo kerja udah gak bergairah, udah gak ambis, udah gak mengejar yang namanya naik pangkat, naik gaji, atau hal lainnya, dan hanya memberikan bare minium di kantor, berarti Lo lagi dalam fase quiet quitting.
Dalam bahasa Indonesia, quiet berarti diam, quitting berarti keluar. Jadi, instead of Lo resign atau keluar dari kerjaan, Lo justru hanya mengerjakan apa yang menjadi job desk Lo tok.
Nah, pasti Lo berpikir, bukannya memang seharusnya kita mengerjakan job desk kita aja? Kenapa sampai muncul istilah quiet quitting?
Konteks quiet quitting ini sering kali berhubungan dengan para pekerja yang kurang puas dengan hasil kerja keras mereka, burnout, dan ingin mendapatkan work life balance.
Misalnya, lo mau naik gaji, lo udah all out dalam pekerjaan, selalu mengerjakan lebih daripada yang seharusnya dengan harapan gaji Lo bakal naik, tapi nyatanya gak naik-naik. Akhirya Lo memilih untuk quiet quitting.
Selain itu, tren work life balance ini juga sedikit banyak memengaruhi fenomena quiet quitting. Orang-orang yang mempraktekan quiet quitting tidak mau menempatkan pekerjaan di atas segala-galanya, tapi juga mau menikmati hidup.
Quiet quitting ini tentunya gak bisa diterapkan ke semua orang. Kalau Lo orang punya goals yang jelas, maka harus Lo kejar. Tapi tetap dalam kadar yang wajar, ya. Jangan sampai Lo kerja terus dan menelantarkan diri Lo sendiri atau orang terdekat Lo.
Kalau Lo merasa kerja keras Lo gak dihargain di kantor, Lo burnout, dan secara fisik dan mental lelah, mungkin ini saatnya Lo slow it down, take your time untuk istirahat, memulihkan diri, dan quiet quitting for a while.