Dari semua hal baik yang terjadi di hari lo, tiba-tiba ada satu momen negatif yang menghancuarkan mood lo seharian. Kenapa dari semua hal baik itu, lo cuma fokus ke hal negatif? Well, itu namanya negativity bias.
Setiap manusia pasti punya kecenderungan untuk lebih fokus pada hal negatif daripada yang positif atau netral. Walaupun hal negatifnya itu gak penting-penting banget.
Contohnya, waktu lo presentasi di depan kelas atau klien, secara keseluruhan presentasi lo bagus, tapi ada satu kesalahan kecil yang lo lakukan selama presentasi.
Lo berujung mikirin kesalahan itu terus menerus. Lo mengingat jelas kesalahan yang terjadi dan lupa kalau presentasi lo sebenarnya bagus.
Dilansir dari healthline, menurut psikolog Rick Hanson, manusia yang cenderung fokus pada hal negatif berasal dari evolusi nenek moyang kita jutaan tahun lalu.
Waktu itu, mereka sulit mencari makanan, banyak ancaman yang timbul. Mereka harus menghadapi rintangan yang mematikan. Mereka jadi lebih fokus pada ancaman dan bahaya yang harus dihadapi, daripada mencari makanan. Makanya, gen itu diwariskan pada kita sampai sekarang.
Dalam jurnal berjudul “Emotion, attention, and the ‘negativity bias’, studied through event-related potentials,” oleh Carretié, Mercado, Tapia, & Hinojosa” menjelaskan kalau momen-momen negatif menghasilkan respon yang lebih cepat dan menonjol daripada non-negatif.
Itu menjelaskan kenapa kita lebih sering memikirkan tentang penghinaan yang dilontarkan pada kita daripada pujian, kita lebih sering menanggapi secara fisik dan emosional hal yang tidak menyenangkan, lebih sering mikirin momen yang kurang menyenangkan atau traumatis daripada yang menyenangkan, dan lebih cepat memfokuskan perhatian pada peristiwa yang negatif dibandingkan positif.
Hal negatif yang kita pikirkan berlebihan bisa berdampak buruk buat perasaan kita, pikiran kita, dan kadang tindakan kita. Makanya, ada beberapa hal yang bisa lo lakukan untuk meng-overcome negativity bias.
dilansir dari positivepsychology, untuk melawan negativity bias, lo harus lebih fokus pada perasaan positif daripada negatif. Bisa mulai dengan self-awareness dan ngomong sama diri sendiri.
Cari waktu untuk refleksi perilaku lo. Setelah lo sadar perilaku atau konsekunsi dari perilaku itu, lo bisa memikirkan kembali apa yang menyebabkan lo berperilaku seperti itu.
Apa yang lo pikirkan sebelum marah? Apakah itu negativity bias dalam perilaku? Dan gimana caranya lo menggantikan pemikiran negatif itu dengan yang lebih positif.
Kedua, negativity bias dikaitkan dengan gangguan psikologis seperti depresi dan anxiety. Makanya, ketika lo udah mulai fokus ke hal-hal negatif, coba bingkai ulang pengalaman itu atau cognitive restructuring . Pikirkan kembali apakah hal negatif itu berdampak besar dan pantas buat menguras energi dan waktu lo?