Insiden berdarah dalam olahraga baru-baru ini terjadi di Indonesia. Iya, tragedi Kanjuruhan.
Tragedi Kanjuruhan terjadi pada 1 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan Malang saat pertandingan antara Arema FC dan Parsebaya itu memakan ratusan korban jiwa.
Pertandingan selesai dengan hasil 2-3. Kemenangan ada di tangan Parsebaya.
Penonton yang tidak terima timnya kalah akhirnya menunjukkan kekecewaan mereka dengan turun ke lapangan.
Kekacauan terjadi saat suporter semakin anarkis dan petugas kepolisian menembakkan gas air mata.
Terjadi penumpukkan supporter, kurangnya oksigen, desak-desakkan, dan bentrok antar aparat dan penonton.
Situasi yang semakin kacau menyebabkan tragedi yang hingga saat ini dikabarkan memakan 131 korban jiwa.
Tragedi Kanjuruhan disebut-sebut sebagai tragedi terbesar kedua dalam dunia sepak bola dunia. Penasaran bagaimana insiden berdarah terbesar pertama di dunia?
Ini dia kisah singkat tragedi Lima 1964, insiden berdarah paling buruk dalam dunia olahraga
Bencana terburuk dalam sejarah sepak bola terjadi pada 24 Mei 1964 di kota Peru.
Ada sekitar 328 korban jiwa berjatuhan dalam insiden tersebut.
Tragedi ini bertempat di Estadio Nacional saat petandingan antara Timnas Peru melawan Argentina.
Insiden dimulai dengan penonton dari tim Peru yang tidak terima dengan keputusan wasit, kemudian dua orang secara berurutan berusaha memasuki lapangan.
Dilansir dari BBC, yang pertama memasuki lapangan dikenal sebagai Bomba. Ia berusaha memukul wasit sebelum akhirnya diberhentikan oleh polisi dan dianiaya di luar lapangan.
Yang kedua adalah Edilberto Cuenca, yang mengalami serangan brutal oleh petugas.
Cara petugas menangani kedua supporter itu menimbulkan kemarahan supporter lainnya. Kekacauan pun semakin menjadi.
Orang-orang mulai melempari barang-barang ke arah petugas dan banyak yang berhasil mencapai lapangan.
Gas air mata diluncurkan dan kerumunana orang pun semakin kacau hingga berebut berlarian keluar stadion.
Sebagian besar diantara korban meninggal akibat sesak napas.
Kericuhan tak hanya terjadi di dalam stadium, tetapi juga diluar stadion. Suara tembakan senapan api dan peluru berserakkan dimana-mana.
Jumlah korban jiwa resmi yang diumumkan adalah 328. Namun jumlah itu belum termasuk korban akibat tembakan peluru di luar stadion karena mayat mereka tidak pernah bisa ditemukan.
Jadi bisa Lo bayangkan se-chaos apa pertandingan waktu itu.
Menerima kekalahan tim kesayangan Lo memang sulit. Tapi mau gak mau Lo harus menerima dengan lapang dada.
Jangan sampai Lo melampiaskan kekecewaan Lo dengan tindakan yang bisa merugikan banyak orang. Apalagi sampai menimbulkan ratusan korban jiwa. Apakah menurut Lo itu worth it?
Tetap dukung tim kesayangan Lo dan jadi supporter yang baik supaya tragedi Kanjuruhan gak pernah terjadi lagi.